Big Brother : Dream, and Achieve It.

Berapa banyak dari kita yang berani bermimpi dan akhirnya berhasil mewujudkannya?

Berapa banyak dari kita yang pernah bermimpi, tetapi harus mengubur mimpi tersebut dan mengalihkannya terhadap hal lain yang berisi KENYATAAN.

Agak kaget juga waktu tahu Donnie Yen, sang Ip Man, main film Big Brother. Donnie Yen yang saya kenal adalah ahli Kungfu. Film-film yang dibintanginya selalu action. Tak cuma film Hongkong, tapi juga film Hollywood. Masih ingat film XXX : The Return of Xander Cage ? Nah, Donnie Yen juga main disitu.

Seperti biasa, kalau saya sedang membahas film, maka saya melihat dari sudut pandang saya sendiri. Dan bukan review film juga. Karena film besutan sutradara Kam Ka-Wai yang rilis tahun 2018 ini sudah banyak yang me-review.

Saya berkecimpung di dunia pendidikan tinggi, tempat dimana orang-orang dewasa sedang belajar untuk berdamai dengan mimpi mereka. Sebagian kecil, mungkin memang sedang menjalani mimpi masa kecil mereka, tetapi sebagian yang lain adalah mereka yang sedang berdamai, menghadapi kenyataan hidup, dan mengubur segala mimpi. Atau, mungkin masih ada yang masih berusaha mencari jati diri, mencari tau, apa yang sebenarnya mereka inginkan. Dari satu kelas, sebagian besar hanya mencari nilai. Saat ini, memang seperti itulah sistem pendidikan kita. Karena masih banyak perusahaan yang merekrut pegawai hanya berdasarkan nilai dari selembar ijazah, bukan dari soft skill maupun etika. Sehingga, sebagian besar mereka hanya mengejar nilai, alih-alih pengetahuan tentang mata kuliah tertentu.

Belum lagi tuntutan terhadap skripsi atau tugas akhir, Laporan Kerja Praktek, review jurnal, kritik jurnal, dan sebagainya. Laporan-laporan itu hanya dipakai ketika alumni memutuskan untuk menjadi dosen atau peneliti. Untuk mereka yang berkecimpung di bagian teknis, lebih banyak praktek yang dibutuhkan tentu saja. Dan laporan-laporan itu, akhirnya hanya menampung debu di sudut lemari, atau menjadi sampah digital di drive dan cloud.

Henry Chen, menyesali hidupnya. Karena kenakalan masa remajanya menyebabkan seorang kawan harus mengubur mimpinya untuk menjadi pianist.

Saya sendiri juga tak terlalu baik. Karena masih menggunakan standar nilai untuk melakukan penilaian terhadap mata kuliah yang saya ampu. Dan film ini jelas menampar saya. Tentang betapa egoisnya saya karena tak memahami mahasiswa di kelas saya. Kenapa ? Karena sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang sedang mengubur mimpinya, belajar menghadapi kenyataan atau mereka yang mencari tau, apa yang harus mereka lakukan untuk menjalani hidup.

Mengubur mimpi dalam-dalam, untuk menghadapi kenyataan hidup yang sebenarnya. Itu adalah hal yang menyedihkan. Saya termasuk salah satu yang beruntung. Apa karena saya berhasil mewujudkan mimpi-mimpi saya? Tentu saja bukan. Tetapi, karena saya memilih untuk mengubur mimpi saya dengan damai, menerimanya dengan ikhlas, melanjutkan hidup, dan mengingatkan diri sendiri untuk tidak berhenti belajar.

Di akhir film, ada sebuah kutipan tentang arti hidup dari Yin Haiguang, seorang penulis dan filsuf China yang kutipannya jadi soal di ujian akhir.

Hidup ini harus punya mimpi, jika tidak, bukankah kita sangat miskin? Sekarang kita sudah punya mimpi. Tapi, setelah di masyarakat, mungkin saja semua berbeda. Saat itu, semua mengejar mimpi masing-masing. Tetapi, semua tekanan dan ujian, akan mengubur semua mimpi-mimpi besarmu. Kenyataan yang akan menguji kita. Mimpi-mimpi kita akan menghadapi kenyataan, kebaikan dan keindahan akan hilang.
Di belahan dunia manapun sama.
Apakah kita bisa bertahan, terletak pada kunci ini.
Sekarang waktunya untuk menguji diri kita sendiri.

Arti Hidup (Yin Haiguang)

Kalau kalian sedang mewujudkan mimpi-mimpi kalian, keep the faith, berjuanglah. Dan semoga berhasil.

Kalau kalian sedang mengubur mimpi-mimpi kalian dan menghadapi kenyataan, keep focus, set your goal. Tak ada salahnya memulai segala sesuatu dari awal. Mungkin akan butuh waktu lebih lama, tapi, kalau kita punya tujuan, berjalan atau berlari, pada akhirnya kita akan sampai pada tujuan kita. Kalaupun harus berjalan, artinya kita diminta untuk menikmati perjalanan hidup. Dan sesekali menoleh ke belakang, melihat kembali mimpi kita. Bukan untuk menyesalinya, tetapi untuk mengenangnya. Bahwa apa yang sedang kita perjuangkan saat ini, tak akan menjadi sia-sia. Selamat berjuang, dan semoga berhasil.

PS : Soundtrack di film ini bagus-bagus. Lagu favorit saya yang menyayat hati dari James Blunt berjudul CRY juga ada. Tapi, kali ini saya mau membagikan soundtrack yang tak kalah menyayat hati, dari Lukas Graham. Simak liriknya, sengaja saya tautkan yang ada liriknya. Supaya bisa merasakan perihnya. Keep spirit!!

Tinggalkan komentar

Ruang Kelas

Ruang Belajar untuk kita semua

Wordsmith! | Hidup dari Menulis

Wordsmith! | Hidup dari Menulis

BOOKISH STORY

A BOOK BLOG BY TIARA ORLANDA

tomspice

The Movie Reviewer From Indonesia

Exclusive Ndue

Ocehan, Celoteh, Dan Kicauan Ndue

kirakiragitu

iseng saja, bolehkan?

~Ra

cerita berlagu, lagu bercerita

Pursuing My Dreams

Emak Benjamin Berkebun | Memasak | Cerita dari Jerman

plukz.on.wordpress

not blue and fluffy, also not cute

Siopilos

The Blog Full of GaJe

.:My Silent Scream:.

can you hear it ?

Keep Smiling! Babe

C'est La Vie

Cahaya Bintang

Jika setiap hati adalah cahaya, maka sinarilah setiap tempat dengan hatimu...

Nesiaweek

BLOG OF A NAKED MIND

WordPress.com

WordPress.com is the best place for your personal blog or business site.