Ramadhan bersama covid-19

Dengan segala kontroversial dan teori konspirasinya, covid-19 mengajarkan dan mengingatkan saya satu hal : Bahwa hidup penuh dengan ketidakpastian

Sebuah virus bernama covid 19 telah meluluhlantakkan seluruh dunia selama berbulan-bulan sejak pertama kali terdeteksi di Wuhan, China pada Desember 2019. Saat itu, dunia tak terlalu awas, karena belum ada studi pasti mengenai virus tersebut. Tak butuh waktu lama, dengan globalisasi, perpindahan orang dari satu tempat ke tempat lain, dari satu negara ke negara lain, virus itu kemudian menyebar ke seluruh dunia. Dan sekarang, sudah 5 bulan, virus itu mendunia. Tanpa ampun. Di Indonesia sendiri, covid 19 terdeteksi pada Maret lalu, dan hingga hari ini, belum ada tanda tanda virus ini akan meninggalkan Indonesia tercinta.

Berbulan-bulan kita hidup dalam ketidakpastian. Karyawan tetap dirumahkan, perusahaan colaps, apatah lagi karyawan kontrak. Melibas segala sektor. Mall dan pusat perbelanjaan mewah tak diijinkan beroperasi, ribuan karyawannya dirumahkan tanpa kepastian. Sekolah dan perguruan tinggi memulai pembelajaran dari rumah. Serta taglain #dirumahaja memenuhi seluruh media sosial.

Bertahun kita merasakan hidup yang berjalan sangat “normal”. Dunia kita berjalan pada porosnya. Bekerja, membayar cicilan, bersosialisasi, travelling, begitu banyak hal yang bisa kita lakukan sebelum virus ini menghajar dunia. Sekarang, untuk sekedar membeli gula pasir aja, kita lebih memilih dengan cara online.

Dan Ramadhan kali ini, begitu istimewa. Karena kegiatan taraweh dan tadarus juga dilakukan di rumah saja. Di Medan sendiri, masih ada masjid yang menyelenggarakan taraweh, tetapi tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku selama pandemi ini. Begitu banyak doa terbang ke langit pada bulan ini, agar covid 19 segera pergi. Berlalu. Agar kita bisa menikmati lagi hidup yang “normal”. Seperti sediakala.

Dari awal, hidup memang penuh dengan ketidakpastian. Karena 5 menit berikutnya pun, kita tak pernah tau apa yang akan terjadi. Tapi kenyamanan telah melenakan kita. Sehingga kita menganggap bahwa, bertahun ke depan tak ada apapun yang fatal yang akan terjadi. Tapi sekarang, saat itu datang semua limbung. Dan sebagian besar dari kita tak bersiap untuk menghadapi saat seperti ini.

Semoga, kita semua berharap, badai ini segera berlalu.

Big Brother : Dream, and Achieve It.

Berapa banyak dari kita yang berani bermimpi dan akhirnya berhasil mewujudkannya?

Berapa banyak dari kita yang pernah bermimpi, tetapi harus mengubur mimpi tersebut dan mengalihkannya terhadap hal lain yang berisi KENYATAAN.

Agak kaget juga waktu tahu Donnie Yen, sang Ip Man, main film Big Brother. Donnie Yen yang saya kenal adalah ahli Kungfu. Film-film yang dibintanginya selalu action. Tak cuma film Hongkong, tapi juga film Hollywood. Masih ingat film XXX : The Return of Xander Cage ? Nah, Donnie Yen juga main disitu.

Seperti biasa, kalau saya sedang membahas film, maka saya melihat dari sudut pandang saya sendiri. Dan bukan review film juga. Karena film besutan sutradara Kam Ka-Wai yang rilis tahun 2018 ini sudah banyak yang me-review.

Saya berkecimpung di dunia pendidikan tinggi, tempat dimana orang-orang dewasa sedang belajar untuk berdamai dengan mimpi mereka. Sebagian kecil, mungkin memang sedang menjalani mimpi masa kecil mereka, tetapi sebagian yang lain adalah mereka yang sedang berdamai, menghadapi kenyataan hidup, dan mengubur segala mimpi. Atau, mungkin masih ada yang masih berusaha mencari jati diri, mencari tau, apa yang sebenarnya mereka inginkan. Dari satu kelas, sebagian besar hanya mencari nilai. Saat ini, memang seperti itulah sistem pendidikan kita. Karena masih banyak perusahaan yang merekrut pegawai hanya berdasarkan nilai dari selembar ijazah, bukan dari soft skill maupun etika. Sehingga, sebagian besar mereka hanya mengejar nilai, alih-alih pengetahuan tentang mata kuliah tertentu.

Belum lagi tuntutan terhadap skripsi atau tugas akhir, Laporan Kerja Praktek, review jurnal, kritik jurnal, dan sebagainya. Laporan-laporan itu hanya dipakai ketika alumni memutuskan untuk menjadi dosen atau peneliti. Untuk mereka yang berkecimpung di bagian teknis, lebih banyak praktek yang dibutuhkan tentu saja. Dan laporan-laporan itu, akhirnya hanya menampung debu di sudut lemari, atau menjadi sampah digital di drive dan cloud.

Henry Chen, menyesali hidupnya. Karena kenakalan masa remajanya menyebabkan seorang kawan harus mengubur mimpinya untuk menjadi pianist.

Saya sendiri juga tak terlalu baik. Karena masih menggunakan standar nilai untuk melakukan penilaian terhadap mata kuliah yang saya ampu. Dan film ini jelas menampar saya. Tentang betapa egoisnya saya karena tak memahami mahasiswa di kelas saya. Kenapa ? Karena sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang sedang mengubur mimpinya, belajar menghadapi kenyataan atau mereka yang mencari tau, apa yang harus mereka lakukan untuk menjalani hidup.

Mengubur mimpi dalam-dalam, untuk menghadapi kenyataan hidup yang sebenarnya. Itu adalah hal yang menyedihkan. Saya termasuk salah satu yang beruntung. Apa karena saya berhasil mewujudkan mimpi-mimpi saya? Tentu saja bukan. Tetapi, karena saya memilih untuk mengubur mimpi saya dengan damai, menerimanya dengan ikhlas, melanjutkan hidup, dan mengingatkan diri sendiri untuk tidak berhenti belajar.

Di akhir film, ada sebuah kutipan tentang arti hidup dari Yin Haiguang, seorang penulis dan filsuf China yang kutipannya jadi soal di ujian akhir.

Hidup ini harus punya mimpi, jika tidak, bukankah kita sangat miskin? Sekarang kita sudah punya mimpi. Tapi, setelah di masyarakat, mungkin saja semua berbeda. Saat itu, semua mengejar mimpi masing-masing. Tetapi, semua tekanan dan ujian, akan mengubur semua mimpi-mimpi besarmu. Kenyataan yang akan menguji kita. Mimpi-mimpi kita akan menghadapi kenyataan, kebaikan dan keindahan akan hilang.
Di belahan dunia manapun sama.
Apakah kita bisa bertahan, terletak pada kunci ini.
Sekarang waktunya untuk menguji diri kita sendiri.

Arti Hidup (Yin Haiguang)

Kalau kalian sedang mewujudkan mimpi-mimpi kalian, keep the faith, berjuanglah. Dan semoga berhasil.

Kalau kalian sedang mengubur mimpi-mimpi kalian dan menghadapi kenyataan, keep focus, set your goal. Tak ada salahnya memulai segala sesuatu dari awal. Mungkin akan butuh waktu lebih lama, tapi, kalau kita punya tujuan, berjalan atau berlari, pada akhirnya kita akan sampai pada tujuan kita. Kalaupun harus berjalan, artinya kita diminta untuk menikmati perjalanan hidup. Dan sesekali menoleh ke belakang, melihat kembali mimpi kita. Bukan untuk menyesalinya, tetapi untuk mengenangnya. Bahwa apa yang sedang kita perjuangkan saat ini, tak akan menjadi sia-sia. Selamat berjuang, dan semoga berhasil.

PS : Soundtrack di film ini bagus-bagus. Lagu favorit saya yang menyayat hati dari James Blunt berjudul CRY juga ada. Tapi, kali ini saya mau membagikan soundtrack yang tak kalah menyayat hati, dari Lukas Graham. Simak liriknya, sengaja saya tautkan yang ada liriknya. Supaya bisa merasakan perihnya. Keep spirit!!

Unfriended Movie

What you’ve done here, will live forever

Laura Barns (Unfriended)

Barusan nonton film Unfriended di Fox. Ceritanya soal seorang remaja, Laura Barns, yang bunuh diri setelah di-bully di dunia maya, karena fotonya yang sedang mabuk disebar temannya. Setelah berita bunuh dirinya di lingkungan sekolah tersebar, Laura kembali, meneror teman-temannya melalui akun sosial medianya.

https://www.youtube.com/watch?v=Lgj4GjqCFlY

Saya sedang tak ingin membahas mengenai sinopsis film yang sebenarnya diproduksi 2014 silam, sudah lama juga, dan sudah banyak juga yang membahas, termasuk ratingnya. Saya sedang ingin mengingatkan diri sendiri, bahwa dengan teknologi yang sekarang ada di tangan, betapa mudahnya saya meng-capture segala sesuatu yang terjadi di lingkungan saya.

Kalau yang saya capture serupa kejadian ibu-ibu yang menyanyikan lagu untuk salah satu capres, atau tweet mengenai dagangan seorang bapak tua yang jarang pembelinya, itu tentu saja hal yang baik. Tapi, betapa sering kita berharap ada kejadian yang membuat kita jadi viral, tak peduli apapun kejadian yang sedang terjadi. Dan melihat begitu banyaknya video yang sedang bertebaran di dunia maya, betapa mudahnya kita melanggar privasi orang lain, betapa mudahnya menggerakkan jari-jari untuk kemudian menghina, memaki orang yang terlihat buruk di video tersebut.

What we’ve done here, will live forever. Right? Atau, bahasa Indonesianya, “Jejak digital itu kejam, kawan!” Setiap tahun Facebook dan Instagram mengingatkan saya, tentang apa saja yang sudah saya sebar bertahun-tahun lalu. Kalimat apa saja yang pernah dengan seenak jidat saya, saya lontarkan tanpa menggunakan pikiran. Sedapat mungkin, kalau kemudian saya diingatkan kembali mengenai status kurang ajar dan komentar tak pantas yang pernah saya sebar, saya hapus. Saya tak ingin memperpanjang keburukan. Singkatnya, silahkan googling untuk melihat, apa saja yang pernah kita lakukan di dunia digital, bertahun lalu. Ketika kita tak paham etika berinternet.

Maka, untuk selanjutnya, semoga saya bisa mulai menahan diri dan jari untuk tidak menyebarkan keburukan lagi.

Akhirnya Resign

Tak terasa, sudah hampir 9 bulan sejak pengajuan resign saya pada perusahaan konsultan IT tempat bernaung selama 7 tahun 8 bulan. What a wonderful journey that I ever had! Saya berhasil bertahan selama hampir 8 tahun dalam sebuah lingkungan yang memberikan saya pengalaman yang berharga. Yang mengubah saya dari seorang manusia “bersumbu pendek” menjadi seseorang yang lebih mampu mengontrol amarah. Membuat saya menjadi orang yang mau belajar bersosialisasi.

Mengubah kebiasaan yang saya lakoni selama hampir 8 tahun ini memang nggak mudah. Tapi saya bukannya sama sekali tak ada kegiatan. Selama hampir 8 tahun ini saya sudah melakoni 2 kegiatan yang sejurus. Pagi sampai sore saya bekerja di kantor, sore sampai malam saya di kampus, mengajar. Saya paham, selama bertahun-tahun saya sudah berlaku egois dan tak adil pada Yash dan Attar. Membiarkan mereka tumbuh tanpa pengawasan penuh dari saya. Saya lebih banyak menghabiskan waktu diluar. Mungkin ini juga yang dilihat orang-orang. Tapi, sudah sejak lama saya mengabaikan kata-kata orang.

Alasan sebenarnya memang karena adik saya yang sehari-hari menjaga Yash dan Attar akhirnya menikah dan diboyong suaminya ke luar pulau. Maka, saya tak mungkin melepaskan pengasuhan anak-anak saya lebih dari setengah hari pada orang lain. Atau di luar rumah. Itu sebabnya, keputusan untuk resign adalah yang terbaik. Saya tak bisa lagi mempertahankan 2 pekerjaan sekaligus. Saya harus memilih. Dan akhirnya saya memilih untuk kembali ke kampus. 4 November 2017 akhirnya saya mengundurkan diri, melepaskan pekerjaan yang membuat saya belajar lebih baik lagi mengenai menganalisis masalah dan menyelesaikannya.

Ada perasaan sedih memang, tapi hidup itu pilihan, kan? Maka saya juga harus memilih. Dan saat ini, kembali ke kampus menjadi pilihan yang paling realistis. Menggunakan sepenuhnya NIDN yang saya dapat bertahun-tahun lalu. Menjadi dosen tetap pada almamater saya.

Maka, perjalanan saya masih terus berlanjut, meski pada arah yang berbeda. Semoga, memang tak pernah ada penyesalan atas setiap keputusan yang pernah saya ambil.

Farewell. I don’t want to say goodbye, so, I’ll see you when I see you.

Last day at SIRS

Satu-satunya

Pernah ngerasain ada yang mengungkapkan perasaan dengan perasaan sepenuh hati, persis kayak orang dimarahin? Saya pernah. Kapan? Waktu dengar lagu Satu-satunya, D’ Massiv feat Iwan Fals.

Serius.

Coba dengarkan, dengan earphone yang full volume, sekarang di YouTube. Lagu ini sempurna buat kalian yang mau nembak orang yang kalian sayang.

Kenapa saya bilang begini? Karena waktu Iwan Fals yang menyanyikan bagian refrain itu, dengan suara khasnya, seolah ada seorang laki-laki yang berusaha meyakinkan dengan sebenar, bahwa apa yang dia rasakan itu benar dan pasti adanya. Dan cara meyakinkannya, tanpa sadar seolah-olah sedang marah. And d’you know what, ketika part yang dinyanyikan oleh Iwan Fals itu, mendadak mata saya menggenang. Bukan tentang mengingat akan kenangan, tapi akan hari ini, dan esok nanti.

Ruang Kelas

Ruang Belajar untuk kita semua

Wordsmith! | Hidup dari Menulis

Wordsmith! | Hidup dari Menulis

BOOKISH STORY

A BOOK BLOG BY TIARA ORLANDA

tomspice

The Movie Reviewer From Indonesia

Exclusive Ndue

Ocehan, Celoteh, Dan Kicauan Ndue

kirakiragitu

iseng saja, bolehkan?

~Ra

cerita berlagu, lagu bercerita

Pursuing My Dreams

Emak Benjamin Berkebun | Memasak | Cerita dari Jerman

plukz.on.wordpress

not blue and fluffy, also not cute

Siopilos

The Blog Full of GaJe

.:My Silent Scream:.

can you hear it ?

Keep Smiling! Babe

C'est La Vie

Cahaya Bintang

Jika setiap hati adalah cahaya, maka sinarilah setiap tempat dengan hatimu...

Nesiaweek

BLOG OF A NAKED MIND

WordPress.com

WordPress.com is the best place for your personal blog or business site.