“Berawal facebook baruku, kau datang dengan cara tiba-tiba”
Suatu ketika, membaca statusnya seperti ini membuatku tersentak. Ups….ini buatku? Bener? Ah, kayaknya nggaklah. Toh pastinya, dideretan teman-temannya pasti terdaftar begitu banyak teman yang punya sejarah panjang yang mewarnai perjalanan hidupnya. Bukan aku. Pasti bukan aku. Tapi, bukankah rentang antara kami menjadi “teman kembali” di jejaring sosial ini dengan tulisan itu di statusnya hanya berjarak sekitar…uhmm….2 mingguan?? Dan ketika teman-temannya berkomentar di bawah statusnya apakah yang dimaksud adalah pacar lama, dia cuma menjawab “Bukan, cuma teman lama”. wuuuppzzzzz……….
Baiklah….aku membuat pengakuan dosa disini. Memang, pada saat itu, suatu malam menjelang pagi, ketika lelah bercanda dengan ubuntu, aku mulai iseng melakukan pencarian teman-teman lama di ranah facebook. Mencoba mengais kembali pertemanan yang pernah ada dan berharap bisa terjalin lagi setelah belasan tahun berpisah. Lalu, sebuah nama yang pernah ada dalam ruang hatiku untuk pertama kali, mengenalkan cinta sekaligus patah hati pada saat yang sama, begitu saja aku ketik di kotak search. Dan beberapa detik kemudian, memang muncul begitu saja. Kemudian dengan sekali klik, aku terhubung padanya. Akhirnya, kenangan itu, satu demi satu berlompatan, membuat tersenyum. Tapi cuma sebentar, karena, esok paginya, ketika dia mengkonfirmasi “permintaan sebagai teman” dan kami mulai saling bercerita mulai terungkap, bahwa dia tidak sendiri lagi sekarang. Dan kenangan yang tadinya berlompatan, mulai berantakan, dan kemudian aku tertawa diantara anak-anak yang sedang praktek. Lucu, sekaligus tragis. Berharap bahwa ketika pertemuan ini mempertemukan kami kembali, akan memperbaiki kisah yang seharusnya menjadi harapku dulu. Tapi memang, keinginan tak harus terwujud. Begitupun, tetap berterima kasih juga padanya, bahwa dia pernah ada dalam perjalanan hidupku. Membantuku menjadi dewasa dan lebih memahami tentang rasa sakit.
Kamu, yang sekarang sudah berbahagia dengan dua pendekar kecil dan ibu mereka yang cantik, semoga terus berbahagia. Percayalah, kita memiliki masa lalu yang indah. Dulu. Ketika masih berusia belasan. Dan sekarang, segala rasa itu hanya tersimpan dalam gudang hati. Aku hanya akan sesekali membukanya, untuk mentertawakan kebodohanku, cinta pertamaku, patah hati pertamaku. Tapi pasti, aku tak ingin kembali lagi. Karena kamu dan aku sekarang, sudah punya kisah masing-masing. Kisahmu justru lebih lengkap sekarang, dan begitu indah. Sedang aku, sementara masih merancang dulu. Biarlah hasil akhir nanti Tuhan yang tentukan. Tapi percayalah, tulusku berbahagia untukmu. Karena, kau juga pasti berbahagia untukku. Paling tidak, saat ini masih ada seorang tuan muda yang bisa membuatku tertawa begitu lepas ketika aku merasa kacau. Membuatku merasa nyaman ketika genggaman tangannya menentramkan galauku.
Jadi, kamu dan aku, patut berterima kasih pada Mark Elliot Zuckerberg, Milyuner muda yahudi itu, yang telah mempertemukan kita di ranah facebook yang semakin ramai belakangan ini.